Minggu, 19 Oktober 2008

Memaknai Ritual dalam Keluarga

Tentu masih segar dalam ingatan, saat hari raya Idul Fitri lalu, melakukan sungkem pada orang tua dan meminta maaf. Rasa haru tetap menyusup dalam hati, walaupun hal ini berlangsung setiap setahun sekali.

Kebiasaan yang terus-menerus dilakukan sperti itu tak ubahnya merupakan suatu “ritual” dalam keluarga. Tak bisa dimungkiri, setiap keluarga pasti memiliki ritual tersendiri, disadari atau tidak. Sayangnya, masih banyak yang belum menyadari arti penting ritual ini dalam sebuah keluarga. Padahal, ritual dapat menjadi salahsatu lem perekat antar anggota keluarga dan memiliki banyak dampak positif.

Journal of Family Psychology, keluaran American Psychological Association (APA), dalam A Review of 50 Years of Research on Naturally Occurring Family Routines and Rituals: Cause for Celebration, mengamini hal ini. Penelitian tersebut mengatakan bahwa ritual keluarga dapat memberikan kepuasan tersendiri bagi kedua orang tua, membantu proses perkembangan diri anak dan meningkatkan kekuatan hubungan antar anggota keluarga, serta menunjukkan identitas kepribadian keluarga.

Dari 32 penelitian yang dilakukan, ritual keluarga yang paling sering dilakukan adalah makan malam bersama, waktu tidur, merayakan hari raya dan aktivitas sehari-hari seperti saling menelepon untuk memberikan kabar.

Tak perlu berpikir keras untuk melakukannya, yang dibutuhkan hanyalah niat dan kesadaran untuk menyisakan waktu berkumpul bersama keluarga. Kendati demikian, alas an kesibukan dan minimnya waktu kerap menjadi penghalang utama bagi ritual.

Kuncinya adalah mencari waktu yang tepat baik bagi orang tua maupun anak-anak. Makan malam bersama, contohnya. Bila tak dapat melakukannya setiap hari, dapat dilakukan setiap akhir pecan. Masih banyak yang tidak menyadari bahwa kegiatan ini memiliki peran signifikan dalam keluarga. Komunikasi yang terjalin selama makan memberikan kesempatan tiap anggota keluarga untuk menceritakan kegiatannya masing-masing dan saling mengenal lebih dalam.

Anak pun akan terbiasa untuk bersikap terbuka dengan orang tuanya, sehingga memudahkan orang tua untuk melakukan bimbingan dan pengawasan pada anak. Semua ini membentuk lingkaran sebab akibat yang menguntungkan.

Tak hanya itu, acara rekreasi dan berlibur bersama keluarga, menceritakan dongeng sebelum tidur saat anak masih kecil, merayakan hari raya bersama dengan kebiasaan khusus, dapat menjadi ritual tersendiri yang membekas dalam hati dan ingatan anak hingga beranjak dewasa.

Tidak ada komentar: