Rabu, 08 Oktober 2008

Krisis Wall Street, Problema Global

Rabu, 08 October 2008
Bersamaan dengan pelaksanaan program penyelamatan ekonomi di AS, para pejabat tinggi negara ini masih mengabarkan berlanjutnya krisis di Wall Street. Presiden AS, George W Bush mengatakan, "Masyarakat AS tidak seharusnya menanti pemulihan kondisi ekonomi negara ini secara langsung." Ketua Federal Reserve (Bank Sentral AS) Ben Bernanke, menyatakan bahwa kondisi ekonomi di negara ini kian parah. Dengan kondisi seperti ini, indeks bursa Wall Street, hari Selasa, anjlok pada titik yang terendah dalam lima tahun terakhir.

Sebelumnya, para ekonom berharap program penyelamatan ekonomi yang diratifikasi Kongres AS dapat mengerem resesi ekonomi di pasar bursa yang semakin parah. Bernanke sendiri menyatakan, "Kriris ekonomi berhadapan dengan aspek-aspek historis." Diprediksikan, kebangkrutan sejumlah bank raksasa AS akan menimbulkan krisis ekonomi di dunia.

Menurut pakar ekonomi, meski program penyelamatan ekonomi sudah diratifikasi, berbagai alasan melatarbelakangi berlanjutnya proses anjloknya nilai saham. Sejumlah pengamat menilai masa aktivitas bank-bank inevestasi telah berakhir. Untuk itu, penyuntikan dana ratusan juta dolar AS tidak dapat menyelamatkan bank-bank investasi tersebut dari keterpurukan.

Kondisi ekonomi AS benar-benar terpuruk. Bahkan kondisi buruk ini diyakini terus berlangsung meski bank-bank investasi berhasil mendapat kepercayaan kembali dari para investor kecil dan besar. Selain itu, alokasi dana bantuan 700 milyar dolar AS masih sangat kecil dibanding dengan kerugian krisis ekonomi yang melilit negeri ini. Untuk itu, para ekonom saat ini terus berada dalam kondisi pesimis. Bahkan mereka meyakini bahwa resesi keuangan di Negeri Paman Sam ini dapat menjalar ke wilayah-wilayah lainnya.

Indikasi krisis itu juga sudah dapat dirasakan di benua Eropa. Bank-bank di Eropa telah menjamin tabungan warga di bank-bank swasta dan menentukan batas pengambilan uang dari bank-bank yang ada.

Melihat kondisi demikian, sangat sulit dibayangkan bahwa krisis ekonomi di Eropa dapat diatasi dalam waktu cepat. Sebab, Gedung Putih, Kongres AS, Departemen Keuangan dan Bank Sentral AS kehilangan kontrol untuk mengendalikan kondisi ekonomi yang labil. Bahkan, Presiden Bush memohon mitra-mitranya supaya melakukan langkah kolektif untuk menangani krisis ekonomi. Namun berdasarkan perkembangan beberapa pekan terakhir ini, mitra-mitra terdekat AS dari Eropa dan Asia tidak bersedia mengeluarkan dana besar dari kantong para pembayar pajak negara-negara tersebut guna menyelamatkan krisis ekonomi di Wall Street. Kondisi inilah yang memperparah krisis ekonomi saat ini.

Tidak ada komentar: