Jumat, 05 September 2008

Ketidakpercayaan Suriah Terhadap Klaim Zionis

Presiden Suriah, Bashar Assad, menyatakan bahwa Damaskus hingga kini belum yakin dengan itikad Zionis Israel soal perdamaian dengan Suriah. Pernyataan Bashar Assad itu membuktikan bahwa Suriah tidak mempercayai Rezim Zionis Israel. Pekan lalu, Menteri Luar Negeri Suriah juga menyatakan bahwa perundingan secara langsung antara Suriah dan Zionis Israel tidak bisa direalisasikan menyusul gagalnya perundingan secara tidak langsung dengan rezim ini.

Terkait hal ini, Menteri Peperangan Zionis Israel, Ehud Barak mengaku pesimis dengan kesepakatan antara Israel dan Suriah soal dataran tinggi Golan. Seraya menyinggung serangan Israel ke instalasi Suriah, tahun lalu, dan aksi teror terhadap Panglima Hizbullah Lebanon, Emad Mughniyah, Barak menekankan bahwa Tel Aviv akan melakukan apa saja demi kepentingan Israel. Pernyataan Barak ini menunjukkan bahwa Rezim Zionis Israel masih melanjutkan politik brutal dan aksi terornya.

Di saat para pejabat Suriah menyatakan ketidakpercayaan mereka terhadap klaim perdamaian oleh Zionis Israel, para pejabat Zionis menunda perundingan putaran kelima antara Zionis Israel dan Suriah dengan alasan pengunduran diri juru runding Israel dengan Suriah dari jabatannya sebagai Kepala Kantor Perdana Menteri Ehud Olmert. Pernyataaan para pejabat Suriah yang ditujukan secara langsung kepada para pejabat tinggi Zionis Israel, selain dapat dikatakan sebagai kritik mereka atas kinerja perundingan Tel Aviv dengan Damaskus, juga dapat dinilai sebagai ketidakpercayaan Suriah atas Israel yang masih melanjutkan politik ekspansinya.

Perundingan secara tidak langsung antara Zionis Israel dan Suriah dengan mediasi Turki digelar sejak akhir bulan Mei lalu. Namun sepertinya, ketidakseriusan Zionis Israel dalam berunding dan pengingkaran Zionis Israel terhadap janjinya membuat nasib perundingan perdamaian antara Damaskus dan Tel Aviv bernasib nama seperti perundingan sebelumnya yang berakhir pada tahun 2000.

Pada dasarnya, Damaskus tidak memiliki perspektif yang jelas untuk meraih haknya melalui perundingan dengan Tel Aviv. Dalam perundingan sebelumnya, Rezim Zionis Israel berjanji akan keluar dari dataran tinggi Golan. Namun pada faktanya, Tel Aviv mengingkari janji tersebut yang berujung pada kegagalan perundingan kedua pihak pada tahun 2000. Kali ini, nasib proses perundingan antara Suriah dan Zionis Israel kembali terulang.

Para pejabat tinggi Suriah menegaskan bahwa Zionis Israel selama tidak memberikan jaminan serius terkait penarikan mundur dari dataran tinggi Golan, maka Damaskus tidak akan melakukan perundingan secara langsung dengan Tel Aviv. Pemerintah Suriah bersikap tegas terhadap Rezim Zionis Israel setelah membaca gelagat bahwa Tel Aviv tidak akan memenuhi janjinya dan berniat mencari poin semata-mata melalui perundingan dengan Suriah.

Jalan buntu yang dihadapi Rezim Zionis Israel dalam perundingan dengan Palestina dan kegagalan Tel Aviv dalam berunding dengan Damaskus kian menunjukkan identitas sebenarnya Israel yang anti-kemanusiaan. Hal inilah yang menyebabkan Presiden Bashar Assad menyatakan tidak percaya dengan kinerja Zionis Israel dan menentang perundingan secara langsung dengan rezim ini.

1 komentar:

jahdup mengatakan...

mampus israellllllllllll